MELIHAT KEAGUNGAN SIFAT YANG MAHA TINGGI DALAM PERISTIWA ISRA MI’RAJ


MELIHAT KEAGUNGAN SIFAT AL-‘ULUW DALAM PERISTIWA ISRA MI’RAJ

Peristiwa Isra Mi’raj merupakan salah satu dalil yang menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki sifat Al-‘Uluw, yaitu Maha Tinggi. Hal ini dapat dilihat dengan jelas pada peristiwa Mi’raj, ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam diperjalankan menuju langit dan bertemu dengan Allah Ta’ala untuk menerima perintah shalat lima waktu.

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:

"Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam diperjalankan hingga ke Sidratul Muntaha, yang berada di langit keenam, di sanalah segala sesuatu yang naik dari bumi berhenti dan diputuskan, begitu pula segala sesuatu yang turun dari atasnya berhenti dan diputuskan. '(Nabi Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratulmuntaha dilingkupi oleh sesuatu yang melingkupinya.' (QS An-Najm: 16). Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, 'Itu adalah sesuatu seperti kasur-kasur dari emas.'"

Kemudian beliau melanjutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam diberikan tiga hal di sana: diberikan perintah shalat lima waktu, diberikan ayat-ayat terakhir dari Surah Al-Baqarah, dan diampuni orang-orang yang tidak berbuat syirik kepada Allah sedikit pun dari umatnya, meskipun mereka melakukan dosa besar (HR. Muslim no. 173).

Imam Ibnu Mandah dalam kitab Kitabut Tauhid juga menyebutkan:

"Penyebutan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits dengan periwayatan yang diterima yang menunjukkan bahwa Allah Ta’ala ada di atas langit dan di atas Arsy-Nya serta di atas para makhluk-Nya, dalam keadaan Ia Maha Kuasa, Maha Mendengar dan Maha Mengetahui" (Kitabut Tauhid libni Mandah, hal. 761, cetakan Dar Hadyun Nabawi Mesir).

Di antara hadits-hadits yang beliau bawakan dalam bab tersebut adalah hadits dari Ibnu Mas’ud yang diriwayatkan oleh Muslim, yang menggambarkan peristiwa Isra Mi’raj. Dalam hadits ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam diperjalankan ke langit untuk menunjukkan bahwa Allah Ta’ala Maha Tinggi, berada di atas langit, di atas Arsy-Nya, dan di atas segala makhluk-Nya.

Imam Adz-Dzahabi dalam kitab Al-‘Uluw li ‘Aliyyil Ghaffar juga membawakan hadits panjang dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim, mengenai kisah Isra dan Mi’raj. Seluruh kitab ini berisi dalil-dalil tentang sifat Al-‘Uluw (Maha Tinggi) sebagaimana tercermin dalam judulnya.

Ibnu Abil ‘Izz Al-Hanafi juga mengungkapkan:

"Dan dalam hadits mengenai Mi’raj terdapat dalil yang menunjukkan ditetapkannya sifat Al-‘Uluw bagi Allah Ta’ala dari berbagai sisi, bagi siapa saja yang merenungkannya." (Syarah Al-Aqidah Ath-Thahawiyyah, 1/226).

Syaikh Abdul Aziz Ar-Rajihi menjelaskan:

"Faidah umum lainnya yang dapat diambil dari hadits Isra Mi’raj adalah: pertama, penetapan sifat Al-‘Uluw bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala dari berbagai sisi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam diangkat menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala hingga melewati tujuh lapis langit. Beliau kemudian bolak-balik antara menghadap Allah dan berbicara dengan Nabi Musa. Setiap kali selesai berbicara dengan Nabi Musa, Jibril membawanya kembali untuk menghadap Allah Ta’ala. Hadits ini merupakan bantahan terhadap orang-orang yang mengingkari sifat Al-‘Uluw, seperti kaum Jahmiyah, Mu’tazilah, Asy’ariyah, dan selain mereka" (Syarah Al-Aqidah Ath-Thahawiyyah, 1/152).

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menguatkan iman kita untuk senantiasa meyakini kebesaran-Nya yang Maha Tinggi.

Salurkan sedekah terbaiknya Rekening:

Bsi : 2217081947 An Yayasan Griya bina yamuti

#Ygbypeduli #peduliyatimdhuafa


Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kegiatan Bulan Desember

Kegiatan Terbaru

Jejak langkah cahaya Anak-anak Kesayangan Rasullulloh bersilaturahim

  Jejak Cahaya dari Rumah Belajar Pertemuan di Sekretariat Yayasan Griya bina Yamuti dalam rangka pembukaan rekening Bank untuk Penerima Man...